Mengenal Lebaran Ketupat, Sejarah dan Makna Filosofisnya, Masih Adakah Tradisi Ini di Daerahmu?

- 29 April 2023, 13:30 WIB
Mengenal Lebaran Ketupat, Sejarah dan Makna Filosofisnya, Masih Adakah Tradisi Ini di Daerahmu?
Mengenal Lebaran Ketupat, Sejarah dan Makna Filosofisnya, Masih Adakah Tradisi Ini di Daerahmu? /Antara/Medan Satu
 

Berita KBB - Hari ke-8 bulan Syawal atau yang bertepatan dengan 1 minggu pasca Idul Fitri 2023 biasanya menjadi momentum untuk melaksanakan tradisi Lebaran Ketupat. Pernah dengar istilah ini atau masih asing dengan nama ini? Mari kita bahas selengkapnya di sini.

Menurut NU Online, Lebaran Ketupat merupakan tradisi masyarakat Indonesia setelah lewat 1 minggu setelah Idul Fitri. Tradisi ini juga dilakukan setelah tuntas melaksanakan puasa Syawal selama 6 hari berturut-turut.

Sejarah Lebaran Ketupat ini dapat ditarik hingga pada masa penyebaran Islam di Jawa, tepatnya pada masa Sunan Kalijaga. Beliau adalah salah satu sosok yang memperkenalkan tradisi ini pada masyarakat setempat.

Baca Juga: Kartun Apa Saja yang Tayang Akhir Pekan Ini? Simak Jadwal Mentari TV Sabtu 29 April 2023, Ada Link Streaming

Konon, Sunan Kalijaga memanfaatkan ketupat yang pada waktu itu dianggap sakral oleh masyarakat Jawa sebagai alat menyebarkan ajaran Islam. Pada akhirnya, berasimilasi lah budaya Jawa ini dengan ajaran Islam hingga melahirkan tradisi Lebaran Ketupat.


Momen Lebaran Ketupat ini pun dimanfaatkan untuk saling mengakui kesalahan, meminta maaf, dan berbagi rezeki yang dimiliki dengan sesama.


Menurut almarhum KH. Hasanuddin Busyrol Karim Buntet, tradisi ini dulunya menyajikan ketupat yang berasal dari hasil tirakat para pembuatnya. Proses pembuatan seluruh ketupat yang disajikan juga memakan waktu 2 - 4 minggu hanya untuk menganyam bungkusnya.


Sambil menganyam, para pembuat membacakan shalawat, sehingga ketika seluruh pekerjaan selesai maka mereka sudah membaca puluhan ribu shalawat.


Kini, karena di kalangan pesantren sudah jarang ditemukan santri yang mahir menganyam bungkus ketupat dan banyak masyarakat umum yang menjual bungkus ketupat jadi, tradisi membuat ketupat sambil membaca shalawat itu sudah langka.

Baca Juga: Sinopsis Daftar Pemain FTV Entah Apa Yang Merasukimu Neng Bebek, Ada Rebecca Klopper dan Hardi Fadhillah

Lebaran Ketupat ini disebutkan memiliki filosofi dan makna khusus. Menurut Subchi A. Fikri, pengajar Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Buntet Pesantren menjelaskan, Ketupat dalam bahasa Jawa sebenarnya merupakan kependekan dari “Ngaku Lepat” dan “Ngaku Papat”.


“Ngaku Lepat” bermakna mengakui atau pengakuan kesalahan, sedangkan “Ngaku Papat” merujuk pada 4 makna dari Lebaran.

Halaman:

Editor: Siti Mujiati

Sumber: NU Online


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x