Bak Mimpi Buruk, Konflik dengan Israel Pengaruhi Psikologis Anak-anak Palestina: Takut Bicarakan Masa Depan

- 29 Juni 2021, 16:52 WIB
Ilustrasi. NGO Save the Children menyebut bahwa anak-anak Palestina telah kehilangan harapan dan masa depan akibat perang, begini penjelasannnya.
Ilustrasi. NGO Save the Children menyebut bahwa anak-anak Palestina telah kehilangan harapan dan masa depan akibat perang, begini penjelasannnya. /Pixabay/janeb13

BERITA KBB- Konflik di tanah Palestina tampaknya belum mereda hingga hari ini. Masih ingat beberapa waktu lalu, perang sengit antara Palestina dan Israel hingga menyebabkan ratusan orang tewas, serta banyak rumah penduduk yang hancur.

Bukan hanya orang dewasa yang merasakan pilu ditinggalkan keluarga akibat serangan rudal ini, anak-anak Palestina pun demikian.

Empat dari lima anak di wilayah Tepi Barat yang diduduki, serta Yerussalem Timur, di mana rumah-rumah telah hancur oleh serangan Israel mengungkapkan kehilangan kepercayaan bahwa tidak ada yang dapat membantu mereka.

Baca Juga: Puzzle Pembunuh Roy Telah Lengkap Aldebaran, Andin dan Papa Surya Pastikan Elsa Pelakunya, Ikatan Cinta Selasa

Bukan hanya itu saja, bersadasarkan laporan Save the Children, anak-anak itu bahkan merasa dunia telah meniggalkan mereka.

Laporan terbaru meyebutkan pada hari Senin para warga Palestina di wilayah Sheikh Jarrah dan Silwan di Yerussalem Timur diusir.

Mereka dipaksa untuk memberikan jalan bagi pemukim Israel yang hendak menempati wilayah tersebut, sambil menunggu keputusan Mahkamah Agung Israel.

Baca Juga: Setelah Sempat Terpapar Covid-19, Indro Warkop Unggah Hasil Tes Selama Delapan Hari Isoman Lewat Instagramnya

Dalam sebuah laporan berjudul “Harapan di Bawah Reruntuhan: Dampak Kebijakan Penghancuran Rumah Penduduk Israel terhadap Anak-anak Palestina dan Keluarganya” menyebutkan sebanyak 217 keluarga Palestina di Tepi Barat dan Yerussalem Timur rumahnya telah dihancurkan oleh otoritas Israel.

Semantara itu, 80 persen dari anak-anak yang disurvei menyatakan telah kehilangan kepercayaan pada masyarakat internasional, pihak berwenang, bahkan orang tua mereka sendiri untuk melindungi mereka.

Terlebih, mereka mengakui putus asa dan dan merasa tidak berdaya soal masa depan.

Baca Juga: Aria Baron Eks Gitaris Gigi Meninggal Dunia, Atalia Istri Ridwan Kamil: Mas Baron Saudara

“Tidak ada yang menghentikan mereka (untuk) menghancurkan rumah kami, hidup kami. Jadi menagapa saya harus repot-repot memimpikan masa depan yang baik,” ucap salah seorang anak Palestina.

Dalam survei juga dikatakan, 76 persen orang tua dan pengasuh anak-anak itu terganggu secara psikologis. Di antara mereka ada yang merasa malu, jengkel, dan marah.

Sedangkan 35 persen lainnya merasa jauh secara emosional dari anak-anak mereka.

Mayoritas anak-anak di sana merasaakan sedih, takut, depresi dan cemas. Mereka menggambarkan konflik itu sebagai mimpi buruk, dan wilayah tersebut bukanlah tempat yang aman lagi.

Baca Juga: Swiss Beri Kejutan Usai Singkirkan Prancis di Babak 16 Besar Euro 2020 Lewat Drama Adu Penalti

“Kami terus bergerak mencari tempat tinggal. Ketidakstabilan membuat saya gila. Saya merasa kemana pun pergi, mereka (Israel) akan datang kepada saya dan menghancurkan saya,” tutur salah seorang anak Pelestina lainnya.

Sementara itu, Direktur Save the Children di Palestina, Jason Lee, mengatakan dampak psiko-sosial atas konflik ini berdampak luar biasa terhadap anak-anak.

Baca Juga: Beredar Video Syur 20 Detik Diduga Natalie Holscher dan Panji Komara, DJ Katty: Semangat Selalu Bunda

“Tiga dari lima anak berdampak pada pendidikan mereka ketika rumah mereka dihancurkan. Mereka merasa sulit untuk melanjutkan sekolah,” ucapnya

“Studi mereka yang berarti bahwa peluang mereka untuk mendapatkan pekerjaan di kemudian hari sangat terbatas,” katanya.***

Editor: Asep Budiman

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah