Erdogan Terpilih Kembali Jadi Presiden Turki Meski Banyak Dikecam Luar-Dalam, Apa Sebabnya?

- 29 Mei 2023, 22:17 WIB
Arsif foto - Presiden Joko Widodo (kanan) dan Presiden Turki Recep Tayyib Erdogan (kiri) melakukan konferensi pers bersama saat kunjungan kenegaraan di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (31/7/2015). ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma/pd/aa.
Arsif foto - Presiden Joko Widodo (kanan) dan Presiden Turki Recep Tayyib Erdogan (kiri) melakukan konferensi pers bersama saat kunjungan kenegaraan di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (31/7/2015). ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma/pd/aa. /

 

Berita KBB - Recep Tayyip Erdogan kembali terpilih sebagai presiden Turki untuk masa jabatan periode ‪2023-2028‬. Kabar tersebut diumumkan oleh kepala Dewan Pemilihan Tinggi Turki (YSK) pada Minggu 28 Mei 2023.

 

Dilansir CBS Senin 29 Mei 2023, terpilihnya kembali Erdogan sebagai presiden Turki memperpanjang masa pemerintahannya yang sudah berjalan selama 15 tahun. Dengan ini, maka Erdogan akan memimpin selama 20 tahun pada 2028 nanti.

 

Erdogan terpilih kembali sebagai Presiden Turki dengan mengantongi 52,14 persen suara, mengungguli Kemal Kilicdaroglu. Sebelumnya, Erdogan sempat kalah jumlah suara dalam putaran pertama pemilihan pada Minggu 14 Mei 2023.

Baca Juga: 30 Ucapan Hari Raya Waisak yang Cocok Untuk Unggahan atau Status Media Sosial Anda, Bijak dan Inspiratif

Hal ini menjadi pertama kalinya presiden berusia 68 tahun itu gagal memenangkan pemilihan secara langsung.

 

Kemenangan ini membuat Erdogan memiliki kendali yang lebih kuat di dalam dan luar negeri dan berdampak besar hingga ke luar Ankara.

 

Pada 10 tahun pertama masa pemerintahannya, Erdogan berhasil meningkatkan perekonomian dan politik Turki. Ia mengentaskan kelaparan rakyat dan membawa negerinya pada perbincangan internasional untuk bergabung dengan Uni Eropa.

Baca Juga: Daftar Tanggal Merah Juni 2023, Pegawai Negeri Bisa Liburan Akhir Pekan Panjang Berkat 2 Hari Libur Berikut!

Namun pada 10 tahun berikutnya, ia mendapat kecaman dari dalam dan luar negeri atas gaya pemerintahannya yang terkesan otoriter.

 

Sejak terjadinya percobaan kudeta yang diduga didalangi oleh Fethullah Gulen, ulama asal Amerika Serikat, Erdogan mulai membungkam kebebasan dan juga pers.

 

Kebijakan ekonominya yang tidak biasa membuat Turki terjebak dalam inflasi tinggi dan krisis biaya hidup. Ia juga dinilai tidak cepat tanggap ketika gempa Turki dan Suriah terjadi pada Februari 2023 lalu yang menewaskan 50.000 warga Turki.

 

Erdogan dan pemerintahannya juga menolak bergabungnya Swedia ke NATO dan membeli sistem pertahanan rudal milik Rusia. Akibatnya, Amerika Serikat mendepak Turki dari proyek jet tempur yang dipimpinnya.

 

Dirinya dapat meraih kemenangan dalam pemilihan presiden ini berkat bekingan dari pihak konservatif yang mengelu-elukannya karena berhasil mengangkat citra Islam di Turki, dan meningkatkan pengaruh negaranya di politik dunia.

Baca Juga: Bio Farma dan Kemenkes Berkontribusi pada World Health Assembly (WHA) ke-76 di Jenewa, Swiss

Erdogan dikenal sebagai Muslim yang taat, yang bergabung dengan Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) yang konservatif dan religius. Dia menjadi presiden Turki pertama yang dipilih langsung pada 2014, setelah sistem parlementer negara tersebut dibubarkan.***

 

 
 

Editor: Miradin Syahbana Rizky


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah