Data Dinas Kesehatan Jabar mencatat, jumlah penderita gizi kurang di Jawa Barat mencapai 15,1%, sedangkan angka prevalensi stunting sebesar 29,2% - mendekati angka prevalensi nasional yaitu 30,8%.
Tidak hanya disebabkan oleh faktor ekonomi, perilaku dan kebiasaan menjadi elemen substansial yang menyebabkan permasalahan gizi ini masih kerap ditemui.
Berbagai upaya khususnya di Jawa Barat telah digalakkan untuk mengatasi permasalahan stunting. Di antaranya dengan melaksanakan pendampingan kesehatan maternal neonatal dan bimtek, intervensi balita stunting dengan memperbaiki pola makan, pola asuh dan sanitasi, serta pemberian tablet penambah darah kepada para remaja.
Baca Juga: Profil dan Biodata Lengkap Aqeela Calista, Pemeran Ria ‘Dari Jendela SMP’, Teman Rassya Hidayah
Tidak kalah penting, adalah dengan memperhatikan tumbuh kembang anak, serta memastikan pemenuhan gizi seimbang selama masa pertumbuhan, jelas Sekretaris Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, dr. Siska Gerfianti, MH.Kes, SpDLP.
Bukan hanya berperan penting pada fase pertumbuhan anak, asupan gizi seimbang dan beragam termasuk protein hewani juga dibutuhkan bagi Wanita Usia Subur (WUS) dan calon ibu hamil selama fase sebelum dan masa kehamilan untuk mencegah kelahiran anak dengan kondisi stunting.
Pengurus PPI, DR. dr. Lucy Widasari, M. Si memaparkan, Pencegahan berat badan bayi lahir rendah dan stunting sebaiknya dilakukan dengan mempersiapkan diri sejak masa prakonsepsi - periode sebelum wanita mengalami kehamilan.
Baca Juga: Langgar Protokol Kesehatan di Pernikahan Putri Habib Rizieq Anies Baswedan Dapat Dipidana Satu Tahun
Berbagai studi menunjukkan pemenuhan gizi bagi wanita sejak masa prakonsepsi, dapat berdampak positif bagi kesehatan ibu dan anak kelak.
Meski demikian, data Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia meningkat dari 37,1% pada 2013, menjadi sebesar 48,9%.