WHO Minta Negara Tak Diskriminatif Hingga Imbau Turis Pakai Masker Selama Penerbangan Jarak Jauh

- 11 Januari 2023, 09:06 WIB
Ilustrasi WHO - Negara-negara Afrika tidak setuju dengan proposal AS terkait reformasi di WHO, sebut terlalu tergesa-gesa.
Ilustrasi WHO - Negara-negara Afrika tidak setuju dengan proposal AS terkait reformasi di WHO, sebut terlalu tergesa-gesa. /Denis Balibouse/REUTERS
 
 
BERITA KBB - Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO menyarankan agar negara - negara yang mulai menerima turis asing, merekomendasikan agar pelancong memakai masker di dalam penerbangan jarak jauh.
 
Sebab, menurut WHO, penyebaran subvarian Omicron COVID-19 baru yang terdeteksi di Amerika Serikat (AS), cukup cepat.
 
Dilansir dari Channel News Asia, Rabu 11 Januari 2023, pejabat WHO, Catherine Smallwood, mengatakan pemakaian masker harus menjadi rekomendasi yang dikeluarkan untuk pelancong yang datang dari mana saja yang ada penyebaran COVID-19 di negaranya.
 
 
“Di Eropa, subvarian XBB.1.5 terdeteksi dalam jumlah kecil, tetapi terus bertambah,” ujar Smallwood.
 
Subvarian XBB.1.5 disebut yang paling mudah menular dan menyumbang 27,6 persen kasus COVID-19 di AS pada pekan lalu.
 
Sementara itu, Smallwood menilik aturan - aturan yang dikeluarkan sejumlah negara yang menyasar China. 
 
Mereka mewajibkan agar pelancong dari China menunjukkan hasil negatif tes PCR 48 jam sebelum keberangkatan.
 
“Negara - negara perlu melihat basis bukti untuk pengujuan pra-keberangkatan. Langkah - langkah perjalanan harus diterapkan dengan cara yang tidak diskriminatif,” tuturnya.
 
Sementara itu, Direktur WHO Eropa, Hans Kluge, mengungkapkan lonjakan kasus COVID-19 di China tidak akan berdampak signifikan pada situasi di Eropa.
 
 
“Lonjakan yang sedang berlangsung di China diperkirakan tidak akan berdampak signifikan terhadap situasi epidemiologis COVID-19 di wilayah Eropa WHO saat ini,” ujar Kluge.
 
Kluge juga mengatakan, tidak masuk akal bagi negara - negara mengambil tindakan pencegahan untuk melindungi populasi mereka. 
 
Namun, dia menyerukan, tindakan seperti itu harus berakar pada sains, proporsional, dan tidak diskriminatif.
 
Sekelompok pakar Uni Eropa, pekan lalu, sangat mendorong 27 negara anggota untuk menuntut tes COVID-19 bagi mereka yang kembali dari China dan melakukan tes acak pada saat kedatangan.***

Editor: Siti Mujiati

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x