Dalam kesempatan yang sama, Thomas juga menyoroti perbedaan waktu awal Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri antara pemerintah dan ormas Islam yang terus-menerus terjadi setiap tahun.
Perbedaan tersebut muncul bukan dari perbedaan metode hisab dan rukyat, melainkan karena perbedaan kriteria. Wujudul Hilal diketahui kerap digunakan Muhammadiyah, sedangkan visibilitas hilal atau Imkan Rukyat digunakan Nahdlatul Ulama dan ormas lain.
"Penentuan awal bulan (Ramadhan, red) memerlukan kriteria agar bisa disepakati bersama. Rukyat memerlukan verifikasi kriteria untuk menghindari kemungkinan rukyat keliru. Hisab tidak bisa menentukan masuknya awal bulan tanpa adanya kriteria,” jelas Thomas.
Dengan begitu, lanjutnya, kriteria berperan sebagai dasar pembuatan kalender berbasis hisab yang dapat digunakan untuk memprediksi rukyat. Selain itu, kriteria visibilitas hilal yang digunakan berdasarkan pada dalil syariat dan kajian astronomis yang sahih.
Selain itu, belum adanya kesepakatan terkait kriteria awal bulan Hijriyah juga menjadi faktor perbedaan penentuan awal Ramadhan dan tanggal penting lain umat Islam. Harus ada otoritas tunggal yang menentukan kriteria dan batas tanggal yang disepakati bersama.***