Pemerintah dan Ormas Islam Akan Awali Ramadhan 2023 Bareng Tapi Beda Tanggal di Idul Fitri, Kenapa?

- 9 Maret 2023, 14:59 WIB
Pemerintah dan Ormas Islam Akan Awali Ramadhan 2023 Bareng Tapi Beda Tanggal di Idul Fitri, Kenapa?
Pemerintah dan Ormas Islam Akan Awali Ramadhan 2023 Bareng Tapi Beda Tanggal di Idul Fitri, Kenapa? /Humas BRIN/

Berita KBB - Peneliti Astronomi dan Astrofisika pada Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Thomas Djamaluddin menyebutkan adanya potensi kesamaan tanggal awal bulan suci Ramadhan 2023 antara pemerintah dan ormas Islam seperti Muhammadiyah dan NU.

Dilansir situs resmi BRIN pada Kamis 9 Maret 2023, Thomas juga mengungkapkan, bahwa meskipun tanggal awal puasa Ramadhan 2023 berpotensi sama, tanggal jatuhnya Idul Fitri 2023 berpotensi berbeda antara pemerintah dan ormas Islam.

Menurutnya, tanggal awal puasa Ramadhan 2023 dapat jatuh berbarengan jika posisi hilal pada Maghrib 22 Maret nanti sudah memenuhi kriteria Wujudul Hilal dan memenuhi kriteria baru MABIMS (Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia dan Singapura).

Baca Juga: Profil Jevier Justin Ungkap Sang Anak Dianiaya Pengasuh: hati nya kok bisa busuk bgt...

"Apabila saat Maghrib 22 Maret 2023 di Indonesia posisi bulan sudah memenuhi kriteria baru MABIMS, dengan tinggi minimal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat dan sudah memenuhi kriteria Wujudul Hilal,” ujar Thomas, Jumat 3 Maret 2023 lalu.

 

Adapun terkait perbedaan jatuhnya tanggal Hari Raya Idul Fitri 2023, menurut Thomas hal itu disebabkan bulan belum memenuhi kriteria baru MABIMS pada waktu Maghrib 20 April 2023, tapi sudah memenuhi kriteria Wujudul Hilal.

 

Diketahui, menurut MABIMS, tinggi bulan minimal 3 derajat dengan elongasi 6,4 derajat untuk menetapkan tanggal Idul Fitri 2023. Dengan demikian, Idul Fitri 2023 versi MABIMS diprediksi jatuh pada 22 April 2023, sedangkan versi Wujudul Hilal pada 21 April 2023.

 

Dalam kesempatan yang sama, Thomas juga menyoroti perbedaan waktu awal Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri antara pemerintah dan ormas Islam yang terus-menerus terjadi setiap tahun.

 

Perbedaan tersebut muncul bukan dari perbedaan metode hisab dan rukyat, melainkan karena perbedaan kriteria. Wujudul Hilal diketahui kerap digunakan Muhammadiyah, sedangkan visibilitas hilal atau Imkan Rukyat digunakan Nahdlatul Ulama dan ormas lain.

Baca Juga: Enggan Dibantu Selandia Baru Selamatkan Pilot Susi Air yang Ditawan KKB, Panglima TNI: Saya Masih Mampu

"Penentuan awal bulan (Ramadhan, red) memerlukan kriteria agar bisa disepakati bersama. Rukyat memerlukan verifikasi kriteria untuk menghindari kemungkinan rukyat keliru. Hisab tidak bisa menentukan masuknya awal bulan tanpa adanya kriteria,” jelas Thomas.

 

Dengan begitu, lanjutnya, kriteria berperan sebagai dasar pembuatan kalender berbasis hisab yang dapat digunakan untuk memprediksi rukyat. Selain itu, kriteria visibilitas hilal yang digunakan berdasarkan pada dalil syariat dan kajian astronomis yang sahih.

 

Selain itu, belum adanya kesepakatan terkait kriteria awal bulan Hijriyah juga menjadi faktor perbedaan penentuan awal Ramadhan dan tanggal penting lain umat Islam. Harus ada otoritas tunggal yang menentukan kriteria dan batas tanggal yang disepakati bersama.***

 

 

 

Editor: Miradin Syahbana Rizky


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah