11 Tahun Angklung Diakui Dunia, Tingkatkan Ketahanan Budaya dan Ekonomi Ditengah Pandemi

- 28 November 2021, 09:10 WIB
Angklung Nations ramaikan Hari Angkung Sedunia di Teater Tertutup Taman Budaya Jawa Barat.
Angklung Nations ramaikan Hari Angkung Sedunia di Teater Tertutup Taman Budaya Jawa Barat. /Istimewa/

BERITA KBB - Masyarakat global merayakan 11 tahun angklung diakui sebagai warisan tak benda dunia dengan menggelar webinar internasional bertajuk Angklung Heal The World diselenggarakan secara virtual dari Kota Bandung, Sabtu, 27 November 2021.

Tema yang diangkat adalah ‘Angklung, The Potential Medium to Increase Cultural and Economic Resilience During the COVID-19’. Berbagai komunitas, akademisi, seniman budayawan, pemerhati, serta pencinta angklung dalam dan luar negeri hadir sampai akhir pada acara yang berlangsung empat jam itu.

Webinar diselenggarakan Pemda Provinsi Jawa Barat bersama Delegasi Tetap Republik Indonesia untuk Unesco didukung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.

Baca Juga: Tingkatkan Kualitas Tempat Wisata, Pemkot Bandung Test Rapid Antigen di Saung Angklung Udjo

Seperti diketahui, 16 November 2010 menjadi tanggal bersejarah bagi dunia dan membanggakan Indonesia, di mana angklung ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda oleh Unesco, organisasi PBB yang mengurusi kebudayaan.

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan webinar merupakan perwujudan lanjutan membahas angklung dari sudut pandang yang lain. Selama ini angklung dipandang sebagau alat musik yang erat dengan pertunjukan seni, maupun media atau bahan untuk didiskusi dalam berbagai forum. Namun webinar internasional ini membawa angklung ke level yang berbeda.

“_Heal the world_ melihat sisi lain angklung sebagai _healer_ (penyembuh) baik dari sisi aspek psikologi maupun ekonomi. Hari ini kita akan bahas ekosistem angklung di Jabar,” ujar Ridwan Kamil.

Baca Juga: Tingkatkan Budaya Baca Sejak Dini, Pemkot Bandung Gelar Jambore Budaya Baca dan Festival Duta Baca

Menurutnya, angklung punya nilai filosofis seperti kebersamaan, saling menghargai, dan kepatuhan terhadap aturan. Tiga aspek itu menjadi harmoni dalam sebuah permainan angklung. Katanya, banyak kehidupan secara sosial bidaya dapat diterapkan melalui filosofi angklung.

“_Ti iwung nepi ka padung_. Mengisyaratkan masyarakat Jabar memiliki keterikatan dengan bambu,” kata Ridwan Kamil.

Halaman:

Editor: Ade Bayu Indra


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x