Peristiwa ini menambah runyam keadaan Tesla yang tengah menghadapi persaingan yang ketat dari produsen mobil listrik lokal seperti BYD. Kecelakaan itu juga menambah catatan buruk jenama itu dan pelanggan kini meragukan keamanan dari mobil listrik tersebut.
Kecelakaan maut tersebut juga membuat Tesla mengalami penurunan penjualan, setelah beredarnya rumor yang mengatakan bahwa ada yang tidak beres dengan sistem pengereman mobil listrik Tesla.
Diberitakan Berita KBB sebelumnya, lebih dari 300.000 unit mobil listrik Tesla di-recall di Amerika Serikat setelah pihak berwajib menemukan risiko kecelakaan pada kendaraan tersebut.
Kendati pihak Tesla sudah menggulirkan update OTA untuk mengatasi risiko kecelakaan itu, reputasi perusahaan itu sudah terlanjur tercoreng dengan laporan penyelidikan yang dilakukan Amerika Serikat.
Diketahui, bukan kali ini saja Tesla mendapat tuduhan akan sistem pengereman yang tidak berfungsi. Jauh sebelumnya, para konsumen telah melayangkan komplain terkait masalah serupa.
Namun, hasil dari penyelidikan selalu menguntungkan pihak produsen, dan konsumen lah yang selalu menjadi kambing hitam dari kecelakaan yang terjadi.
Tesla yang merupakan penjual mobil listrik nomor 1 di dunia, baru-baru ini ditumbangkan oleh produsen asal Cina BYD. Pabrikan ini menjadi pasar kendaraan listrik terbesar di dunia, dengan laba mencapai US$190,4 miliar atau sekira Rp2,89 kuadriliun di 2023.***