Sempat Jadi Pusat Telekomunikasi Belanda, Ini 5 Fakta Kampung Radio di Cililin, Bandung Barat

24 September 2020, 17:05 WIB
KAMPUNG Radio, sebagian lahan di kompleks itu dijadikan bangunan sekolah untuk SMAN 1 Cililin yang masih berdiri hingga sekarang.* /COLLECTIE TROPENMUSEUM/

BERITA KBB – Di pusat Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat tepatnya di Desa Cililin terdapat sebuah kampung bernama Kampung Jati. Namun, banyak warga setempat menyebut kampung itu sebagai Kampung Radio.

Meski demikian, tidak ada stasiun radio yang mengudara di sana. Hanya, kampung itu memang pernah menjadi pusat telekomunikasi pada zaman penjajahan Belanda.

BacaJuga: Nomor Urut Paslon di Pilkada Bandung: 1. NU, 2. Dahsyat, 3. Bedas

Berikut ini fakta mengenai keberadaan pusat telekomunikasi di Kampung Radio.

1. Beroperasi mulai 1914

Di atas tanah seluas 37 hektare, gedung Bedrief yang kemudian disebut gedung Telekomunikasi bernama Telepoonken mulai beroperasi pada 1914. Pembangunan gedung yang dilakukan pemerintah kolonial Belanda itu bertujuan sebagai sumber informasi untuk mempertahankan daerah jajahan menjelang Perang Dunia I.

2. Lokasi yang tersembunyi

Alasan pemilihan Cililin sebagai pusat telekomunikasi lantran daerah tersebut cukup tersembunyi karena berada di balik perbukitan. Dengan demikian, lokasi tersebut dinilai cukup aman jika terjadi gempuran terhadap pusat-pusat militer Belanda yang tersebar di Batujajar, Cimahi, dan Bandung sejak 1805.

 Baca Juga: Astagfirullah, Pasar Cempaka Jakarta Pusat terbakar

3. Dari telepon ke radio

Pada Tahun 1924, Telepoonken dijadikan pemancar radio tanah jajahan dan beganti nama menjadi Nederland Indiesch Radio Onnelanden (Nirom). Sejak itu, perlengkapan komunikasi beralih dari telepon menjadi radio. 

4. Memiliki 4 antena

Gedung radio tersebut dilengkapi empat antena yang dipasang di empat lokasi di gunung-gunung, yakni Pasir Ipis, Lintang Panggung, Gunung Rangkong, dan di lokasi Gunung Bedrief. Bersamaan dengan antena di Gunung Rangkong, di lokasi tersebut juga dibangun gua bernama Gua Rangkong sebagai tempat penyimpanan peralatan komunikasi. 

Saksi sejarah bangunan radio tersebut, Amar Sudarman mengungkapkan, ada empat gedung yang berada dalam satu komplek dengan Gedung Bedrijf. Yaitu, Gedung diesel, gedung peredam suara, gedung pengatur cuaca, dan gedung pemancar. Saat ini, yang tersisa hanya gedung pemancar.

Baca Juga: Keren! Ini 10 Bagunan Bersejarah di Bandung Barat, No 7 Sudah Jadi Cagar Budaya Nasional

5. Saat ini kondisinya terbengkalai

Dalam bukunya yang berjudul Gedung Telepoonken dan Nirom ysng diterbitkan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan KBB pada 2017,  bangunan radio itu mulai tak terawat ketika Belanda terusir karena Jepang mulai menjajah Indonesia pada 1942. Selanjutnya, sebagian lahan di kompleks itu dijadikan bangunan sekolah untuk SMAN 1 Cililin yang masih berdiri hingga sekarang.

Saat ini, kondisi bangunan tersebut terbengkalai. Gedung berukuran 40 x 25 meter dengan delapan tiang penyangga itu bahkan mesti ditopang dengan empat tiang kayu supaya tidak roboh. Alih-alih mengenalnya sebagai bangunan radio, warga sekitar menyebutnya sebagai gudang tahu.

Baca Juga: Dalam! Cerita tentang Patah Hati di Lirik Lagu Mad at Disney

Kepala Bidang Kebudayaan pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan KBB Usup Suherman mengakui, bangunan radio di Cililin itu kondisinya terbengkalai. "Bahkan, bangunan-bangunan peninggalan Belanda lainnya juga sekarang banyak yang terbengkalai," katanya.

 Dia mengungkapkan, terbengkalainya bangunan-bangunan tersebut lantaran belum bisa diintervensi sepenuhnya oleh pemerintah. Hal itu di antaranya akibat status kepemilikan lahan yang kini dikuasai masyarakat.***(Cecep Wijaya Sari)

Artikel ini juga sudah tayang di Pikiran Rakyat dengan judul Kampung Radio di Cililin yang Gelombangnya Pernah Sampai ke Eropa Barat

 

Editor: Cecep Wijaya Sari

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler