BERITA KBB - Kobalt adalah salah satu bahan baku penting untuk baterai kendaraan listrik, yang merupakan teknologi masa depan untuk transportasi ramah lingkungan. Indonesia memiliki cadangan dan produksi kobalt yang melimpah, yang menjadikannya salah satu negara produsen kobalt terbesar di dunia. Namun, apakah potensi bisnis pertambangan kobalt di Indonesia sudah dimanfaatkan secara optimal? Bagaimana pemerintah dan pelaku industri mengembangkan hilirisasi kobalt untuk meningkatkan nilai tambah dan kesejahteraan masyarakat?
Cadangan dan Produksi Kobalt di Indonesia
Menurut laporan Badan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS), total produksi kobalt di seluruh dunia diperkirakan mencapai 190.000 metrik ton pada 2022. Kongo merupakan produsen kobalt terbesar dunia dengan produksi sebesar 130.000 metrik ton, atau setara dengan 68,42% dari total produksi global. Indonesia menempati peringkat kedua dengan produksi kobalt sebesar 10.000 metrik ton pada 2022, naik dari 2.700 metrik ton pada 2021.
Adapun cadangan kobalt dunia diperkirakan mencapai 8,3 juta metrik ton pada 20221. Kongo juga memiliki cadangan kobalt terbanyak dunia yaitu sebesar 4 juta metrik ton. Indonesia menempati peringkat ketiga dengan cadangan kobalt sebesar 600.000 metrik ton pada 2021.
Kobalt di Indonesia umumnya terdapat dalam bijih nikel kadar rendah atau limonit, yang tersebar di beberapa daerah seperti Sulawesi, Maluku, Papua, dan Kalimantan. Untuk mengolah bijih nikel kadar rendah menjadi produk turunan seperti nikel sulfat dan kobalt sulfat, diperlukan teknologi pengolahan dan pemurnian atau smelter berteknologi high pressure acid leaching (HPAL) atau hidrometalurgi.