Biografi 5 Pahlawan Nasional Asal DKI Jakarta, di Antaranya Ismail Marzuki dan Husni Thamrin

- 6 November 2020, 14:41 WIB
Puisi Hari Pahlawan dari sastrawan Indonesia, Chairil Anwar dan WS Rendra.
Puisi Hari Pahlawan dari sastrawan Indonesia, Chairil Anwar dan WS Rendra. /Unsplash.com/@bantersnaps

Baca Juga: Cemburu Anda sampai mana , masih normal kah?

Pada 30 September 1965 malam, pasukan Peristiwa G30S PKI mendatangi rumah Jenderal Nasution untuk menculiknya. Pierre yang tidur di belakang rumah terbangun karena suara tembakan dan kegaduhan tersebut, lalu segera berlari ke bagian depan rumah.

Ia ditangkap oleh gerombolan tersebut dan mereka mengiranya sebagai Sang Jenderal karena kondisi gelap. Pada saat itu Jenderal Nasution sudah melarikan diri dengan melompati pagar rumah. Pierre lalu dibawa ke Lubang Buaya bersama keenam perwira tinggi lain yang juga diculik, mereka lalu ditembak mati dan dibuang ke dalam sumur tua.

Pierre Tendean diangkat sebagai pahlawan nasional dari Jakarta pada 5 Oktober 1965.

5. Marsda TNI Anm. Prof. dr. Abdulrachman Saleh

Lahir di Jakarta pada 1 Juli 1909 dan wafat di Maguwoharjo, Sleman pada 29 Juli 1947. Ia bersekolah di HIS, MULO, AMS dan STOVIA. Karena STOVIA bubar sebelum studinya sempat selesai, ia meneruskan sekolah di GHS (Geneeskundige Hoge School) yang merupakan semacam sekolah tinggi dalam bidang kesehatan dan kedokteran.

Semasa mahasiswa, ia giat dalam berbagai organisasi seperti Jong Java, Indonesia Muda, dan KBI (Kepanduan Bangsa Indonesia). Setelah lulus kedokteran, ia mendalami ilmu faal sehingga dikenal sebagai Bapak Fisiologi Indonesia berkat jasanya mengembangkan ilmu faal di Indonesia yang ditetapkan Universitas Indonesia pada 5 Desember 1958.

Baca Juga: Rencana Arie Untung Membakar Tas Mahal Brand Prancis direspon Ustad: Pakai Saja Agar Tidak Mubazir

Kemudian ia pindah ke bidang militer dengan memasuki dinas Angkatan Udara, diangkat menjadi Komandan Pangkalan Udara Madiun pada 1946, mendirikan Sekolah Teknik Udara dan Sekolah Radio Udara di Malang sambil tetap memberikan kuliah di Perguruan Tinggi Dokter di Klaten.

Ia tewas dalam misi  penerbangan ke India dan hendak mampir ke Singapura untuk mengambil bantuan obat – obatan dari Palang Merah Malaya. Misi yang dilakukan saat agresi Belanda pertama itu dikabarkan sudah mendapat persetujuan Belanda dan Inggris.

Halaman:

Editor: Cecep Wijaya Sari


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x