Kendati begitu, Munadi menambahkan, hanya satu lapangan saja tidaklah cukup untuk menggelar kompetisi selama setahun.
"Mengingat dengan satu lapangan sadja, PERSIB tidak akan dapat menjelesaikan pertandingan kompetisinja dalam satu tahun, maka ditjarilah lapangan lain, ialah lapangan Tjibuntu (atas usaha dari Ps Sinar Muda) dan lapangan Tjilentah (atas usaha dari Ps Sinar Indonesia)," Munadi menuliskan lagi.
Namun Munadi mengakui, belum begitu gembira. Perasaan sedih masih tetap berkecamuk.
"Pendek kata djika sadja mengingat tentang lapangan, maka rasa sedih dan pilu tetap terasa dihati sanubari saja. Selain lapangan jang menjadikan ketjewa dan menjedihkan hati saja, ialah pada waktu itu tidak sedikit pemain bangsa Indonesia jang masuk dilingkungan organisasi sepakbola bangsa lain (Belanda) jang menurut pendapat mereka lebih patut dan lebih pada tempatnya," sebut Munadi.
Baca Juga: Stefan William, Pemain Utama 'Anak Band' SCTV yang Juga Aktor Utama Paling Ngetop
Penyebabnya, pada masa itu orang - orang - orang masih segan masuk ke dalam lingkungan PERSIB akhirnya mereka datang begitu juga sekedar untuk menonton beberapa pertandingan yang digelar.
"Segan mereka memasuki lingkungan kita, djuga sekedar untuk menonton atau menjaksikan pertandingannja oleh karena mereka mengukur organisasi kita (PERSIB) ini ukuran kebendaan dan spelpeil, jang erat memangnja PERSIB masih djauh terbelakang dari persatuan persepakbolaan dari bangsa lain (Belanda)," Munadi memaparkan.
Dari kondisi itulah, dibarengi dengan kemauan, kebersamaan serta kekompakan yang kuat dari para pengurusnya PERSIB tidak lantas meredup dan Munadi pun menuangkan perasaannya itu di dalam buku Peringatan Ulang Tahun Persib ke-25 dengan penuh kegembiraaan.
"Tetapi, sungguhpun keadaan PERSIB senantiasa serba kurang, dan serba kurat karet, berkat kemauan jang kuat dan kerdja sama jang erat dari Para Pengurus dan Para angguta, PERSIB tetap dapat berdjalan dan berdiri tegak," katanya mengungkapkan.***