Khutbah Jumat 8 Juli 2022, Materi: Menyikapi Perbedaan Hari Raya Idul Adha 1443 Hijriyah

- 7 Juli 2022, 08:46 WIB
Ilustrasi Khutbah Jumat
Ilustrasi Khutbah Jumat /Pixabay
BERITA KBB – Berikut disajikan khutbah Jumat pada 8 Juli 2022 lewat artikel ini.

Pada khutbah Jumat kali ini membahas tentang materi menyikapi perbedaan Hari Raya Idul Adha 1443 Hijriyah.

Terjadi perbedaan perayaan Idul Adha atau yang lebih dikenal dengan Hari Raya Qurban kali ini.
 
Baca Juga: Ramalan Zodiak Taurus Rabu, 7 Juli 2022, Sesekali Kamu Juga Harus Beristirahat

Beberapa ada yang memilih untuk merayakan Hari Raya Idul Adha pada Sabtu, 9 Juli 2022.

Namun ada pula tak sedikit yang mengikuti anjuran dari pemerintah yaitu pada Minggu, 10 Juli 2022.

Adanya perbedaan tersebut sejatinya harus disikapi dengan bijak, untuk itulah materi khutbah Jumat pada kesempatan ini membahas tentang perbedaan perayaan di Hari Raya Idul Adha tahun 2022.

Berikut contoh khutbah Jumat dengan materi menyikapi perbedaan Hari Raya Idul Adha 1443 Hijriyah yang dirangkum BERITA KBB dari berbagai sumber.
 

Khutbah 1


اَلْحَمْدُ للّٰهِ. اَلْحَمْدُ للّٰهِ الَّذِيْ خَلَقَ الْاِنْسَانَ فِيْ أَحْسَنِ تَقْوِيْمٍ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ الْعَظِيْمِ الْكَرِيْمِ. وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كُنِّيَ بِأَبِي الْقَاسِمِ.  اَللّٰهُـمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِهِ وَاَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ.

اَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.

قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ : وَلَوْ شَاۤءَ رَبُّكَ لَجَعَلَ النَّاسَ اُمَّةً وَّاحِدَةً وَّلَا يَزَالُوْنَ مُخْتَلِفِيْنَۙ, اِلَّا مَنْ رَّحِمَ رَبُّكَ ۗوَلِذٰلِكَ خَلَقَهُمْ ۗوَتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ لَاَمْلَـَٔنَّ جَهَنَّمَ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ اَجْمَعِيْنَ.

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah

Segala puja dan puji syukur kita hadiratkan kepada Allah SWT yang telah menciptakan kita berbangsa-bangsa, bersuku-suku, berbagai ragam budaya, bahasa serta agama.

Tak lupa, shalawat serta salam kita limpahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabat beliau.

Pada hari ini, di hari yang penuh berkah, khatib mengajak kita semua untuk meningkatkan dan menumbuhkan ketakwaan kita terhadap Allah SWT dengan melaksanakan perintahNya dan menjauhi laranganNya.

Salah satu sikap yang kita lakukan sebagai cara untuk melaksanakan perintah dari Allah SWT adalah dengan saling menghargai berbagai macam perbedaan.

Tak dapat dipungkiri bahwa kita hidup dan diciptakan dalam segala bentuk perbedaan, mulai dari perbedaan bangsa, suku, bahasa, agama bahkan perbedaan dalam hal sudut pandang berpikir.

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah

Pada pelaksanaan Hari Raya Idul Adha kali ini terjadi perbedaan hari.

Pemerintah Arab Saudi telah mengumumkan jika perayaan Hari Raya Idul Adha jatuh pada Sabtu, 9 Juli 2022.

Sedangkan perayaan Hari Raya Idul Fitri yang diumumkan resmi oleh pemerintah jatuh pada Minggu, 10 Juli 2022.

Hal tersebut dijelaskan oleh pemerintah saat melaksanakan konferensi pers pengumuman tidak adanya rukuatul hilal pada 29 Juni kemarin.

Muhammadiyah menggunakan metode hisab dan sudah jauh hari telah mengumumkan bahwa perayaan Hari Raya Idul Adha jatuh pada 9 Juli 2022.

Banyak pertanyaan muncul dalam benak masyarakat, lantas kita ikut yang mana?

Apakah mengikuti Arab Saudi, ataukah pemerintah Indonesia? Lantas bagaimanakah dengan pelaksanaan puasa Arafah?

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah,

Melaksanakan hari raya dengan hasil rukyah di negara masing-masing merupakan alaman para Sahabat serta Tabi'in.

Berhari Raya di negara yang ditempati juga merupakan salah satu pendapat yang kuat dalam madzhab Syafi'i.

Imam Muslim meriwayatkan dari Kuraib–, bahwa Ummu Fadhl binti Al Harits pernah menyuruhnya untuk menemui Muawiyah di Syam.

Kuraib menceritakan: "Ketika itu masuk tanggal 1 Ramadhan dan saya masih di Syam. Saya melihat hilal malam jumat. Kemudian saya pulang ke Madinah."

Setibanya di Madinah di akhir bulan, Ibnu Abbas ra. bertanya kepadaku, “Kapan kalian melihat hilal?” tanya Ibnu Abbas. Kuraib menjawab, “Kami melihatnya malam Jumat.”

“Kamu melihatnya sendiri?”, tanya Ibnu Abbas. “Ya, saya melihatnya dan penduduk yang ada di negeriku pun melihatnya. Mereka puasa dan Muawiyah pun puasa.” Jawab Kuraib. Ibnu Abbas menjelaskan:

لَكِنَّا رَأَيْنَاهُ لَيْلَةَ السَّبْتِ فَلاَ نَزَالُ نَصُومُ حَتَّى نُكْمِلَ ثَلاَثِينَ أَوْ نَرَاهُ

Artinya: "Kalau kami melihatnya malam Sabtu. Kami terus berpuasa, hingga kami selesaikan selama 30 hari atau kami melihat hilal Syawal.”

Kuraib bertanya lagi, “Mengapa kalian tidak mengikuti Rukyah Muawiyah dan puasanya Muawiyah?” Ibnu Abbas ra menjawab:

لاَ هَكَذَا أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-

“Tidak, seperti ini yang diperintahkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada kami.” (HR. Imam Muslim no. 1087).

Maka Ibnu Abbas yang berada di Madinah berpuasa dengan Rukyah Madinah, tidak dengan hasil Rukyah negeri Syam (Khalifah Muawiyah). Padahal Beliau sudah diberitahu hasil Rukyah negeri Syam.

Dan tidak main-main Ibnu Abbas memberikan jaminan dan menyatakan: "Begitu Rasulullah Saw mengajarkan."

Imam An Nawawi ra. menyatakan tentang hadits Kuraib ini, “Setiap negeri memiliki penglihatan hilal secara tersendiri.

Jika mereka melihat hilal, maka tidak berlaku untuk negeri lainnya.” (Syarah Nawawi).

Jika melihat dari pengumuman yang telah dikeluarkan oleh pemerintah bahwa menurut hasil rukyah Idul Adha dilaksanakan pada tanggal 10 Juli 2022, itu berarti puasa Arafah bisa dilakukan pada 9 Juli 2022.

Lalu bagaimana dengan orang-orang yang berada di Arab Saudi yang sedang wukuf di Arafah pada 8 Juli 2022?

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah

Puasa Arafah merupakan puasa yang dilaksanakan pada tanggal 9 Dzulhijjah, bukan pada saat para jamaah haji wukuf di Arafah.

Sebab, syariat Idul Adha dan puasa 9 Dzulhijjah lebih dahulu disampaikan dari pada syariat kewajiban haji.

Idul Adha sudah disyariatkan pada tahun ke-2 Hijriyah, sedangkan ibadah haji baru  disyariatkan pada tahun ke-6 Hijriyah.

Sementara Rasulullah SAW baru melaksanakan ibadah haji pada tahun ke-10 Hijriyah. Jadi dengan kata lain, Rasulullah SAW sudah melaksanakan Idul Adha dan puasa 9 Dzulhijjah sebelum wajibnya ibadah haji dan jauh sebelum adanya wukuf di Arafah.

Apabila puasa Arafah itu harus dilakukan bersamaan puasanya dengan saat orang ber wukuf di Arafah, maka kaum muslimin yang berada di negara yang berbeda dengan Arab Saudi tidak bisa melaksanakan puasa Arafah karena perbedaan waktu 10 jam bahkan lebih.

Karena, saat di negara lain berpuasa,  wukuf sudah selesai, dan Arafah pun sudah kosong.

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah,

Kita semua menginginkan bersatunya seluruh umat islam dalam pelaksanaan Hari Raya Idul Adha di tahun ini, namun hal tersebut belum bisa terlaksana mengingat adanya perbedaan pendapat.

Untuk itu, marilah kita saling menghormati adanya perbedaan dan saling menjaga hati agar kita bisa tetap bersatu.

Jika ingin memilih untuk mengkuti hasil pemerintah, silahkan saja. Adapun sebaliknya, jika ingin mengikuti hasil rukyah pemerintah Arab Saudi juga dipersilahkan.

Dan apabila ada juga yang memilih untuk mengikuti hasil hisab yang diberlakukan oleh Muhammadiyah juga silahkan.

Ketiganya tentu memiliki landasan ilmiyahnya masing-masing. Untuk itu, kita harus menghargai dan menghormati berbagai macam perbedaan yang ada dalam kehidupan kita.

Keseragaman terkadang tidak nikmat untuk dipandang, sedang pelangi itu indah karena berwarna warni.

Perbedaan umat merupakan sebuah rahmat dari Allah SWT, dengan sikap menghargai perbedaan InsyaAllah kita akan mendapatkan banyak keuntungan.

Selain kehidupan yang nyaman dan aman, penghargaan atas perbedaan juga dapat mewarnai kebahagiaan hidup kita bersama-sama.

Demikianlah khutbah singkat ini, semoga bermanfaat dan mengingatkan kita agar memandang perbedaan adalah rahmat dari Allah SWT.

جَعَلَنا اللّٰهُ وَإيَّاكم مِنَ الفَائِزِين الآمِنِين، وَأدْخَلَنَا وإِيَّاكم فِي زُمْرَةِ عِبَادِهِ المُؤْمِنِيْنَ : أعُوذُ بِالِلّٰهِ مِنَ الشَّيْطانِ الرَّجِيمْ، بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمانِ الرَّحِيمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا

بَارَكَ اللّٰهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، وَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.


Khutbah II

اَلْحَمْدُ للّٰهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلَامِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ. وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَامِ

أَمَّا بَعْدُ. فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللّٰهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللّٰهُ تَعَالَى اِنَّ اللّٰهَ وَ مَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اللهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِي،
وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ
اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ.

َاَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِيْ هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا
وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِيْ فِيْهَا مَعَاشُنَا
وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِيْ إِلَيْهَا مَعَادُنَا
وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِيْ كُلِّ خَيْرٍ
وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ
رَبَّنَا آتِنَا فِيْ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِيْ الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ..

عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Demikian khutbah Jumat pada 8 Juli 2022 yang membahas tentang materi menyikapi perbedaan Hari Raya Idul Adha 1443 Hijriyah.*** 

Editor: Siti Mujiati

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x