3. Dari telepon ke radio
Pada Tahun 1924, Telepoonken dijadikan pemancar radio tanah jajahan dan beganti nama menjadi Nederland Indiesch Radio Onnelanden (Nirom). Sejak itu, perlengkapan komunikasi beralih dari telepon menjadi radio.
4. Memiliki 4 antena
Gedung radio tersebut dilengkapi empat antena yang dipasang di empat lokasi di gunung-gunung, yakni Pasir Ipis, Lintang Panggung, Gunung Rangkong, dan di lokasi Gunung Bedrief. Bersamaan dengan antena di Gunung Rangkong, di lokasi tersebut juga dibangun gua bernama Gua Rangkong sebagai tempat penyimpanan peralatan komunikasi.
Saksi sejarah bangunan radio tersebut, Amar Sudarman mengungkapkan, ada empat gedung yang berada dalam satu komplek dengan Gedung Bedrijf. Yaitu, Gedung diesel, gedung peredam suara, gedung pengatur cuaca, dan gedung pemancar. Saat ini, yang tersisa hanya gedung pemancar.
Baca Juga: Keren! Ini 10 Bagunan Bersejarah di Bandung Barat, No 7 Sudah Jadi Cagar Budaya Nasional
5. Saat ini kondisinya terbengkalai
Dalam bukunya yang berjudul Gedung Telepoonken dan Nirom ysng diterbitkan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan KBB pada 2017, bangunan radio itu mulai tak terawat ketika Belanda terusir karena Jepang mulai menjajah Indonesia pada 1942. Selanjutnya, sebagian lahan di kompleks itu dijadikan bangunan sekolah untuk SMAN 1 Cililin yang masih berdiri hingga sekarang.
Saat ini, kondisi bangunan tersebut terbengkalai. Gedung berukuran 40 x 25 meter dengan delapan tiang penyangga itu bahkan mesti ditopang dengan empat tiang kayu supaya tidak roboh. Alih-alih mengenalnya sebagai bangunan radio, warga sekitar menyebutnya sebagai gudang tahu.
Baca Juga: Dalam! Cerita tentang Patah Hati di Lirik Lagu Mad at Disney